
Senin, 16 Februari 2015
Ustadzah Citra (Afatul Lisan)
Grup Ummi M12 (Meisya, Arini,Laela)
Assalammu'alaikum warahmatullahi
wabarokaatuh...
Alhamdulillah bahagia terharu Allah himpunkan kita melalui kajian
kali ini, semoga Allah menaungi kita semua dengan cinta dan rahmatnya. Shalawat
dan salam untuk Nabi kita semoga senantiasa memberikan kita untuk
menjadikan nafas keteladanan dalam sendi-sendi kehidupan kita aamiin.
AFATUL LISAN
1. PERINTAH BERKATA BAIK
Kemampuan berbicara adalah salah satu kelebihan yang Allah berikan
kepada manusia, untuk berkomunikasi dan menyampaikan keinginan-keinginannya
dengan sesama manusia. Ungkapan yang keluar dari mulut manusia bisa berupa
ucapan baik, buruk, keji, dan sebagainya.
Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini
menjadi bermakna dan bernilai ibadah, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk
berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman :
وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS: Al-Israa' Ayat: 53)
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS: An-Nahl Ayat: 125)
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muttafaq alaih)
“Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik“ (HR. Muttafaq alaih)
“Ucapan yang baik adalah sedekah” (HR. Muslim)
2. KEUTAMAAN DIAM
Bahaya yang ditimbulkan oleh mulut manusia sangat besar, dan tidak
ada yang dapat menahannya kecuali diam. Oleh karena itu dalam agama kita
dapatkan anjuran diam dan perintah pengendalian bicara. Sabda Nabi:
“Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” (HR. Al Bukhari)
“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” (HR Ahmad)
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk
surga, Rasul menjawab :
“Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” (HR. At Tirmidzi)
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” (HR. Abu Nuaim)
Ibnu Mas'ud berkata :
"Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri”
Abu Darda berkata :
“Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara”
3. MACAM-MACAM AFATUL-LISAN,
PENYEBAB DAN TERAPINYA
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat
kelompok : murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan
tidak menguntungkan, dan murni menguntungkan.
Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga
yang mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung
ruginya maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat
yaitu ucapan yang menguntungkan.
Berikut ini akan kita bahas afatul lisan dari yang paling
tersembunyi sampai yang paling berbahaya. Ada dua puluh macam bahaya lisan,
yaitu:
1. Berbicara sesuatu yang tidak perlu Rasulullah SAW bersabda :
“Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” (HR At Tirmidzi)
Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam
tidak berdosa, dan tidak akan membahayakan diri maupun orang lain. Seperti
menanyakan sesuatu yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain
“apakah anda puasa, jika dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK
padahal ia puasa, maka dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak
menghormati penanya. Jika menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan
pembicaraan maka menyusahkan orang lain mencari – cari bahan, dan seterusnya.
Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui
segala sesuatu. Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau
sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini
termasuk dalam perbuatan tercela.
Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang
paling berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan
diri sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut
akan dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke
sorga atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri
senantiasa diam dari hal-hal yang tidak diperlukan.
2. Fudhulul-Kalam (Berlebihan dalam berbicara) Perbuatan ini
dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup pembicaraan yang tidak
berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi kebutuhan yang
secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu kata, tetapi
disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul” (kelebihan).
Firman Allah :
لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma´ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar” (QS: An-Nisaa Ayat: 114)
Rasulullah SAW bersabda :
“Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya“ (HR. Al Baghawi)
Ibrahim At Taymiy berkata :
“Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”
Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :
”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan”
3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam pembicaraan yang
batil) Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma'siyat, seperti menceritakan
tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya.
Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya
binasa.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” (HR Ibn Majah)
“Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” (HR. Ibnu Abiddunya)
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلْكِتَٰبِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا۟ مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦٓ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْكَٰفِرِينَ فِى جَهَنَّمَ جَمِيعًا
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam” (QS: An-Nisaa Ayat: 140)
4. Al Jidal (Berbantahan dan Perdebatan)
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan
menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat.
Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan
kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu' (rasa tinggi hati)
karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain.
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan” (HR. At Tirmidzi)
Imam Malik bin Anas berkata :
“Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan”
5. Al Khusumah (pertengkaran) Jika orang yang berdebat menyerang
pendapat orang lain untuk menjatuhkan lawan dan mengangkat kelebihan dirinya.
Maka al khusumah adalah sikap ingin menang dalam berbicara (ngotot) untuk
memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa
merupakan reaksi atas orang lain, bisa juga dilakukan dari awal berbicara.
Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar” (HR. Al Bukhari)
6. Taqa'ur fil-kalam (menekan ucapan) Taqa'ur fil-kalam maksudnya
adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja' dan
menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata” (HR. Ahmad)
Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam
memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing
yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah
adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah
dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.
7. Berkata keji, jorok dan caci maki Berkata keji, jorok adalah
pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu dengan ungkapan vulgar, misalnya
hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini termasuk perbuatan tercela
yang dilarang agama.
Nabi bersabda :
“Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji” (HR. Ibnu Hibban)
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR. At Tirmidzi)
Ada seorang A'rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi,
Rasulullah SAW bersabda :
“Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A'rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang” (HR. Ahmad)
“Termasuk dalam dosa besar adalah mencaci maki orang tua sendiri” Para sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri ? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu berbalik mencaci maki orang tuanya” (HR. Ahmad)
Perkataan keji dan jorok disebabkan oleh kondisi jiwa yang kotor,
yang menyakiti orang lain, atau karena kebiasaan diri akibat pergaulan dengan
orang-orang fasik (penuh dosa) atau orang-orang durhaka lainnya.
8. La'nat (kutukan) Penyebab munculnya kutukan pada sesama manusia
biasanya adalah satu dari tiga sifat berikut ini, yaitu : kufur, bid'ah dan
fasik. Dan tingkatan kutukannya adalah sebagai berikut :
Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga Allah
mengutuk orang kafir, ahli bid'ah dan orang-orang fasik. Kutukan dengan sifat
yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah ditimpakan kepada kaum Yahudi,
Nasrani dan Majusi, dan sebagainya.
Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si fulan la'natullah. Hal ini sangat
berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu yang telah Allah berikan kutukan
seperti Fir'aun, Abu Lahab, dsb. Dan orang-orang selain yang Allah tentukan itu
masih memiliki kemungkinan lain.
Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang
tertentu yang tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan
tercela yang haus dijauhi. Sabda Nabi :
“Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” (HR. At Tirmidzi)
“Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun jahanam” (HR. At Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan syafaat dan menjadi saksi di hari kiamat” (HR. Muslim)
9. Ghina' (nyanyian) dan Syi'r (syair Syair adalah ungkapan yang
jika baik isinya maka baik nilainya, dan jika buruk isinya buruk pula nilainya.
Hanya saja tajarrud ( menfokuskan diri) untuk hanya bersyair adalah perbuatan
tercela.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya memenuhi rongga dengan nanah, lebih baik dari pada memenuhinya dengan syair” (HR. Muslim)
Said Hawa mengarahkan hadits ini pada syair-syair yang bermuatan
buruk.
Bersyair secara umum bukanlah perbuatan terlarang jika di dalamnya
tidak terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya Rasulullah pernah memerintahkan
Hassan bin Tsabit untuk bersyair melawan syairnya orang kafir.
10. Al Mazah (Sendau gurau) Secara umum mazah adalah perbuatan
tercela yang dilarang agama, kecuali sebagian kecil saja yang diperbolehkan.
Sebab dalam gurauan sering kali terdapat kebohongan, atau pembodohan teman.
Gurauan yang diperbolehkan adalah gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong,
tidak menyakiti orang lain, tidak berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan.
Seperti gurauan Nabi dengan istri dan para sahabatnya.
Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang
kurang berguna. Disamping itu kebiasaan ini akan menurunkan kewibawaan.
Umar bin Khatthab berkata :
“Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina”.
Said ibn al Ash berkata kepada anaknya :
“Wahai anakku, janganlah bercanda dengan orang mulia, maka ia akan dendam kepadamu, jangan pula bercanda dengan bawahan maka nanti akan melawanmu”
11. As Sukhriyyah (Ejekan) dan Istihza'( cemoohan) Sukhriyyah
berarti meremehkan orang lain dengan mengingatkan aib/kekurangannya untuk
ditertawakan, baik dengan cerita lisan atau peragaan di hadapannya. Jika
dilakukan tidak di hadapan orang yang bersangkutan disebut ghibah (bergunjing).
Perbuatan ini terlarang dalam agama. Firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS: Al-Hujuraat Ayat: 11)
Muadz bin Jabal ra. berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya” (HR. At Tirmidzi)
12. Menyebarkan rahasia Menyebarkan rahasia adalah perbuatan
terlarang. Karena ia akan mengecewakan orang lain, meremehkan hak sahabat dan
orang yang dikenali.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya”. (HR. Muslim)
13. Janji palsu Mulut sering kali cepat berjanji, kemudian hati
mengoreksi dan memutuskan tidak memenuhi janji itu. Sikap ini menjadi pertanda
kemunafikan seseorang.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَوْفُوا۟ بِٱلْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ ٱلْأَنْعَٰمِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى ٱلصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya” (QS: Al-Maidah Ayat: 1)
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi” (QS: Maryam Ayat: 54)
Rasulullah SAW bersabda :
“ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat” (HR. Muttafaq alaih dari Abu Hurairah)
14. Bohong dalam berbicara dan bersumpah Berbohong dalam hal ini
adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” (HR. Muttafaq alaih)
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” (HR. Muslim)
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
15. Ghibah (Bergunjing)
Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama.
Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang arti
ghibah. Jawab para sahabat:
”Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi : ”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada” (HR. Muslim)
Al Qur'an menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara
sendiri:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS: Al-Hujuraat Ayat: 12)
Ghibah bisa terjadi dengan berbagai macam cara, tidak hanya
ucapan, bisa juga tulisan, peragaan dan sebagainya.
Hal-hal yang mendorong terjadinya ghibah adalah hal-hal berikut
ini :
Melampiaskan kekesalan/kemarahan. Menyenangkan teman atau
partisipasi bicara/cerita. Merasa akan dikritik atau dcela orang lain, sehingga
orang yang dianggap hendak mencela itu jatuh lebih dahulu. Membersihkan diri
dari keterikatan tertentu
Keinginan untuk bergaya dan berbangga, dengan mencela lainnya.
Hasad/iri dengan orang lain. Bercanda dan bergurau, sekedar
mengisi waktu. Menghina dan meremehkan orang lain. Terapi ghibah sebagaimana
terapi penyakit akhlak lainnya yaitu dengan ilmu dan amal.
Secara umum ilmu yang menyadarkan bahwa ghibah itu berhadapan
dengan murka Allah. Kemudian mencari sebab apa yang mendorongnya melakukan itu.
Sebab pada umumnya penyakit itu akan mudah sembuh dengan meotong penyebabnya.
Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat
alasan berikut ini:
Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi. Meminta bantuan
untuk merubah kemunkaran. Meminta fatwa, seperti yang dilakukan istri Abu
Sufyan pada Nabi. Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang.
Orang yang dikenali dengan julukan buruknya, seperti al a'raj (pincang), dan
seterusnya. Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan
(mujahir).
Hal-hal penting yang harus dilakukan seseorang yang telah berbuat
ghibah adalah :
Menyesali perbuatan ghibahnya itu, Bertaubat, tidak akan
mengualnginya lagi, dan meminta maaf/dihalalkan dari orang yang digunjingkan
16. Namimah (adu domba). Namimah adalah menyampaika pembicaraan
seseorang kepada orang lai
17. Perkataan yang berlidah dua
18. Menyanjung
19. Kurang cermat dalam berbicara (asal bunyi)
20. Melibatkan diri secara bodoh
pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan
TANYA JAWAB
1. Ustadzah, poin no 6, menekan ucapan itu maksudnya gimana ya ?
Jawab: Memfasih-fasihkan ucapan dengan memaksakan diri untuk
banyak bersajak dan menekan nekan suara dengan nada tinggi memakai kata-kata
asing yang tidak bisa dipahami teman yang diajak bicara dengan tujuan buruk.
2. Ustadzah, apa hukum nya kalau orang bicara suka pakai
plesetan-plesetan kayak pelawak gitu?
Jawab: Hukum dan batasan -batasan dalam bercanda, di
antaranya tidak bercanda dengan aib org lain, maupun menghina ciri fisik orang lain
apalagi bercanda dengan kebohongan.
3. Ustadzah, bagaimanakah kita membedakan debat kusir dengan brdiskusi?
Jawab: Debat kusir lebih condong berbantah-bantahan debat yang menimbulkan
perpecahan. Tidak ada solusi. Diskusi:
cenderung lebih damai penuh rahmat untuk solusi.
4. Ustadzah, kadang gurauan orang mwmbuat kita tersinggung. Apa
tindakan kita kadang ingin membalas. Tapi ingat allah.
Jawab: Ingat tadi kita sudah punya Allah. Apapun gangguannya
seberat apapun bismillah tidak sebanding dengan balasan Allah di Jannah.
5. Kalau panggilan plesetan atau menyinggung fisik tapi membawa
berkah bagi dia apa yang memanggil masih berdosa?
Jawab: Jika yang dipanggil dengan panggilan tersebut sudah ridho dengan
panggilan apapun berarti dia ga berdosa. Karena bisa jadi panggilan tersebut dia
senangi. Karena yang dilarang Allah adalah memanggil dengan gelar yang buruk
dan tidak orang lain senangi
6. Assalamu'alaikum.. Ustadzah, yang dimaksud memanjangkan sarung itu
apa ya?
Jawab: Apakah yang di maksudkan memanjangkan sarung sampai
menutupi mata kaki ? Memanjangkan sarung di dalam hadist riyadusshalihin
artinya tidak boleh berlebihan dalam berpakaian. Karena bisa dikategorikan
sombong. Wallahu'alam bishshowab
7. Kadang kita menegur orang denga pujian yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Apa termasuk pada poin ke 2 fudhul kalam?
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu
yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Amiin....
Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum...

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment