
Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu,
13 Mei 2015
Narasumber : Ustadzh
Tri
Satya Hadi
Rekapan Grup Bunda M9 (Yanti-Betty)
Tema : Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
"ANTARA
AYAH, IBU DAN ANAK ANAKNYA"
Suatu
saat, sebuah percakapan tiga anak perempuan sekolah dasar (salah satunya
berjilbab) dalam angkutan umum menghenyakan saya. Betapa tidak, ada kata kata
yang mungkin belum pantas (dari sisi umur) bahkan mungkin tidak pantas keluar
dari mulut mereka. “Gepetan, cipok, pelukan, dan jadian” , dengan bangganya
mereka ungkapkan sesama mereka.
Miris
hati ini mendengar itu, bagaimana mereka nantinya ketika beranjak remaja (beranjak
dewasa). Bisa jadi mereka nantinya bukan sekedar lagi mengungkapkan tapi pelaku
zina. Naudzubillah.
Dan
potret akhlak remaja islam “itu” sedang terjadi sekarang. Ketika membaca
informasi, mendengar berita, melihat kejadian, dan mungkin anak-anak kita yang
mengalaminya sendiri.
Adanya
kasus pacaran berbuah petaka, pergaulan bebas, hamil diluar nikah, aborsi,
narkoba, sex after class, dan seterusnya. Pertanyaannya, siapa lagi yang
“paling” dirugikan? Tentunya yang paling dirugikan adalah anak perempuan (tanpa menafikan anak
laki-laki tentunya).
Tapi
jangan terlalu sedih, banyak sekali juga remaja muslim kita yang cerdas, dan
pintar, bahkan yang berprestasi dan diakui dunia internasional. Tapi kembali
pertanyaannya adalah, bagaimana akhlaknya. Karena bagaimanapun keadaan kita dan
anak-anak kita, “ending”nya akan mati, lalu dibangkitkan, kemudian pengadilan
Allah berlaku, akhirnya apakah surga atau neraka. Dan akhlak yang mulia dalam
koridor islam, in syaa Allah akan mengantarkan kita ke jannahNya. Aamiin.
Ini
juga sebgai alasan Rasulullah diutus ke dunia. Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya
aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Sebut
saja berbakti kepada orang tua, menjauhi perbuatan keji dan mungkar, berteman
dan bertetangga yang baik, menyingkirkan duri dijalan, dan seterusnya, itulah
akhlak mulia. Dan akhlak mulia itu akan muncul dari pribadi yang mulia, pribadi
yang tidak pernah meninggalkan sholat, lisannya dipenuhi dengan tilawah dan
dzikrullah, pribadi yang ikhlas berpuasa, pribadi yang menyempatkan untuk
berkhlawat dengan Allah di sepertiga malam, pribadi yang berusaha mencari ilmu
untuk berislam secara kaffah, dan seterusnya.
Dan
pribadi yang mulia itu lahir dari seorang ibu yang mulia, kemudian ayah ibunya
mendidiknya dengan kasih sayang, disiplin dan tegas dalam pemahaman islam yang
baik (keteladan), mensekolahkannya dengan guru-guru yang baik (ilmu dunia),
menghantarkannya untuk belajar islam dengan para ustadz dan ulama yang baik
(ilmu agama).
“
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orang tuanyalah yang
membuat dia (memiliki karakter) yahudi, atau (memiliki karakter) nasrani atau
(memiliki karakter) majusi.” ( HR. Muslim )
Itulah
sejatinya tugas orang tua, apakah berat dan susah? Sudah pasti. No pain, no gain.
Man jada wa jadda. Firman Allah Subhanallahu Wataala :
“
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan.” ( QS.18 Al Kahfi : 46)
Tapi,
fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit keluarga yang memiliki filosofi
keliru tentang eksistensi anak. Seringkali keluarga yang hanya memiliki
filosofi bahwa kehadiran anak semata-mata akibat logis dari hubungan biologis,
anak dimanja, semua kebutuhan diberikan dengan alasan kasih sayang, tanpa memilki landasan ilmu dan makna arahan
keberadaan anugerah anak. Yang akhirnya anak menjadi fitnah (ujian) dan musuh
yang nyata. Firman Allah:
“
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan
jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS.64 Ath-Taghobun :
14 )
“
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi
Allah-lah pahala yang besar.” ( QS.64 Ath-Taghobun : 15 )
Semua
proses “melahirkan” anak yang berakhlak mulia tidak lepas dari hubungan bathin
orang tua (melalui do’a) dan komunikasi (dialog) yang baik.
Bunda,
ada sebuah tulisan karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri yang
ditulis untuk meraih gelar magister di Universitas Umm al-Quro, Mekah, Fakultas
Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan Islam dan Perbandingan. Judul:“Dialog
orangtua dengan anak dalam al-Qur’an al-Karim dan aplikasi pendidikannya”
Menurut
tulisan ilmiah tersebut yang bisa kita ambil ibrohnya, ternyata terdapat 17
dialog (berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak dalam al-Qur’an yang
tersebar dalam 9 Surat. Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai berikut:
•
Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
•
Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
•
Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan anaknya (1 kali)
Ternyata
al-Qur’an ingin memberikan pelajaran. Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa
(umat mulia) seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diperlukan
dialog orangtua kepada anak seperti komposisi di atas.
Jika
kita bandingkan, ternyata dialog antara ayah dengan anaknya, lebih banyak
daripada dialog antara ibu dengan anaknya.
Ini
bukan berarti ibu tidak boleh banyak berdialog dengan anak tapi lebih kearah
peran ayah harus lebih besar dalam komunikasi dengan anak. Ini seakan Al-Qur’an
ingin menyeru kepada semua ayah:
“ayah,
engkau harus rajin berdialog dengan anak, seperti dialog lukman kepada anaknya”
Janganlah
jadi ayah yang bisu, ayah yang hanya ada ketika menyediakan keperluan anak,
ayah yang meninggalkan kepedulian pendidikan dan keteladanan, ayah yang hanya
sholih sendirian, ayah yang egois karena merasa lebih tua, lebih pintar, lebih
kuasa, atas anak anaknya, dan banyak lagi.
Maka
saya berkeyakinan, jika ada sosok ayah dan ibu dengan pemahaman islam yang baik
yang sering berdialog dengan anak anaknya maka akan hadir anak-anak yang ber akhlakul kharimah, taat
kepada Allah dan yang mencintai Rosulullah, serta berbakti pada kedua
orangtuanya. Aamiin...
Wallahu
a’lam
TANYA
JAWAB
Q
: ustad,,,bagaimana caranya /apa yang harus dilakukan seorang ibu untuk menggantikan
peran ayah dalam mendidik anak ?
A
: 1.
Mengambil peran ayah.
2. Ketika
ada tugas seorang ayah tidak bisa dilakukan ibu, percayakan orang lain yang
baik menggantikannya, dititipkan bisa kakeknya, pamannya, atau ustadz atau
ulama yang dipercaya.
3.
Titipkan / sekolahkn/ pesantren / in sya Allah banyak sosok pengganti peran
ayah disana.
Kalo
kita belajar dari ibunda imam syafei (piatu), imam syafei dititipkan kepada
ulama-ulama untuk ditipkan sekaligus menimba ilmu. Wallahu a'lam.
Q
: ustadz kenapa ya dari materi diatas dalam al Qur'an lebih banyak dialog ayah dengan
anak dari ibu dengan anak.. apakah maksudnya kata-kata ayah lebih membekas pada
anak dari pada ibu nya?
A
: Wallahu a'lam bunda. Yang jelas berkaca para anbiya, sahabat, tabiin,
shalafushalih, tidak dipungkiri laki
laki mempunyai nilai lebih dalam hal kepemimpinan, kekuatan, dan ketegasan, mungkin perkataan seorang laki-laki
dalam hal ini ayah yang baik kpada anaknya, lebih menghujam, membekas,
sekaligus dibalik itu ada kekuatan ancaman dan hukuman.
Q
: ustadz.. adakah pembagian pokok hal yang
baiknya itu ayah yang komunikasikan,, dan hal tertentu itu wilayahnya ibu..?
A
: Tidak juga bunda dalam islam tidak diatur itu, sesuaikan dengan proporsinya,
ayah lebih intensif saja. Misal untuk urusan pubertas anak wanita tentu ibunya
lebih paham.
Q
: Ustadz, apakah anak wajib diberikan pendidikan sex (pengenalan alat
reproduksi, dll). Jika ya, usia kapan tepatnya? Dan jika anak laki-laki, apakah
bisa diberikan informasinya melalui ibu? Karena kondisi suami yang bekerja di
rig (waktu di rmh tidak tentu).Syukran ustadz.
A
: Pemahaman sex yang baik, wajib disampaikan oleh orangtua, sejak dini atau
sebelum usia baligh (10th). Termasuk memisahkan tempat tidur dengan ortu atau lawan jenis sejak umur 3 th.
Memberikan pemahaman tentang aurat ketika balik.
Memberikan
pmhaman bedanya lk dan pr, ini penting agar dipahami oleh anak laki-laki agar
dia tidak memakai pakaian saudara perempuannya, atau tidak boleh mengenak
anting-anting di telinganya, atau tidak boleh memakai gelang, karena semua itu
berlaku untuk wanita, bukan untuk laki-laki. Demikian pula halnya dikatakan
terhadap anak wanita terkait dengan perbuatan dan sifat-sifat saudara
laki-lakinya.
Hendaknya
anak-anak diajarkan keistimewaan aurat, bahwa dia tidak layak terbuka di depan
siapapun. Mengajarkan dan mendidik hal ini akan menumbuhkan sifat menjaga diri,
malu dan mencegah orang-orang amoral melakukan tindakan bejat kepadanya.
Pemahaman
alat reproduksi juga penting ini juga dipelajari disekolah kls 5 SD, tapi
masalahnya ketika guru yang menyampaikan tidak islami, disinilah peran ortu memahamkan
secara benar.
Adapun
masalah wawasan seksual yang berkaitan dengan jimak, atau sesuatu yang umumnya
terkait dengan permasalah suami isteri, hal ini hanya dilakukan saat
dibutuhkan, seperti jika sudah menjelang pernikahan misalnya, atau dia sudah
matang, sehingga dia sudah dapat memahami masalah-masalah umum seperti hukum
zina atau semisalnya yang ada kaitannya dengan jimak atau aurat.
Hendaknya
diketahui, bahwa apa yang dibutuhkan dalam masalah ini pada dasarnya merupakan
fitrah. Dan yang penting diperhatikan adalah bahwa hendaknya informasi terkait
dengan masalah ini sampai kepada anak-anak secara bertahap sesuai fase
pertumbuhan mereka. Dapat melalui kajian-kajian fiqih, majelis ilmu, atau
materi pelajaran dengan memperhatikan ucapan dan usia yang cocok untuk
menyampaikan masalah ini. Peringatkan mereka fenomena kerusakan moral yang
terjadi di kalangan orang kafir dan bandingkan dengan kebaikan Islam yang
menganjurkan menutup aurat, sifat malu dan menjaga kerhormatan dari sesuatu yang
haram.
Wallahu
a'lam
Q
: Ustadz, jika insya Allah di rumah sudah kita didik dan doakan anak dengan
baik, namun ketika dia sudah mulai bergaul, sekolah, dan di lingkungannya mungkin
ada yang tidak baik. Bagaimana kita mencegahnya, ustadz?
Karena
pernah mendengar pemaparan dari salah 1
ahli parenting, seorang anak baik dari keluarga baik, tapi ketika di sekolah,
ia dibully temannya jika tidak mengikuti apa yang temannya lakukan (contoh:
menonton video porno) . Sebagai orgtua apa yang harus kita lakukan ya,ustadz?
Syukran.
A
: 1. Ajarkan anak selalu
terbuka dalam kondisi apapun. Perhatikan
anak, klo sering trmenung, di kamar selalu trtutup, atau di kamar mandi lama,
ajak ngobrol dengan mengambil contoh kasus orang lain. Jgn trlihat
mengintrogasi. Ajak berkomunikasi ketika
dia dalam keadaan nyaman, misal lagi makan makanan kesukaannya.
2.
Komunikasikan/sering brkonsultasi juga dengan
wali kelas atau guru BP di sekolah.
3.
Do'a
Q
: Ustadz.. ketika seorang anak yang jujur malah cerita sama ortunya juga
temannya, (tetangga sebelah rumah pula..) juga lihat foto yang belum pantas
dilihat misalnya.. tindakan kita sebagai orang tua.. apa tepat melarang anak ga
usah temenan lagi sm teman nya itu.. padahal tetangga dekat rumah.. ini misal
sj ustadz.. atau gimana seharusnya
bertindak?
A
: Sebaiknya batasi saja dulu berteman bukan dilarang, ketika bermain dengan dia
dirumah kita, sampaikan alasannya kepada anak dengan baik dengan Lebih intensif
lagi. Berikan pemahaman berulang kali.
Q
: ustd bagaimana menanamkan pemahaman
kepada anak bahwa Allah itu maha mengetahui agar anak terhindar dari perbuatan2
negatif?
A
: Sedari kecil beri pemahaman Allah itu
ada dengan contoh yang masuk logika anak, bisa jadi ia masih belum yakin Allah
itu ada sehingga tidak yakin Allah bisa melihat perbuatannya.
Misal: bunda taruh mainan yang teratur dikamar, suruh kakak sembunyi dibalik
pintu,dengan pesan ketika pintu ditutup si kakak di balik pintu mengacak mainan dan sembunyi lagi. Ketika di buka sama adik mainannya
berantakan. Apakah mainan itu berantakan sendiri atau ada yang berantakin.
Tutup
pintu kamar, si kakak menyusun lagi mainan dengan teratur lagi. Ktika dibuka
sama adik mainannya tersusun lagi. Beri pemahaman, keteraturan mainan itu jadi
sendiri atau ada yang mengatur.
Begitu
pula bumi alam semesta teratur karena ada yang mengatur.
Selanjutnya
apakah Allah melihat kita., tapi kita tidak melihat Allah, kasih contoh yang
masuk logika anak.
Suruh
adik ambil lilin mainan / playdo, minta ia membuat orang-orangan,setelah jadi..
tanyakan apakah ia melihat orang-orangan ciptaannya.. kemudian dibalik pertanyaannya,
mungkinkah orang-orangan itu melihat adik sebagai pembuat? Tentu tidak bisa.
Allah
sebagai pencipta bisa melihat kita, dan kita didunia sebagai ciptaannya tidak
bisa melihatNya. Jadi apa saja yang mahluk perbuat pasti di ketahui Allah..dan
semua itu ada pembalasannya.
Dst
untuk pemahaman pengenalan terhadap Allah / makrifatullah. Wallahu a'lam.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment